Senin, 04 April 2011

Disaat Ayah Arogan dan Ku Mulai Berontak (''_")

Dengar Nak…Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur.Sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu
dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembap.
Ayah menyelinap seorang diri ke kamarmu.

Baru beberapa menit yang lalu,
ketika ayah sedang membaca koran di ruang perpustakaan,
satu sapuan sesal menerpa.
Dalam perasaan bersalah Ayah datang
menghampiri pembaringanmu.

Ada hal-hal yang Ayah pikirkan Nak,
Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu.
Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah
karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk.
Lalu ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu.
Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.

Saat makan pagi, Ayah juga menemukan kesalahan.
Kau meludahkan makananmu.
Kau menelan terburu-buru makananmu.
Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu.
Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api,
kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru,
“Selamat jalan Ayaaah!”
dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab,
”TEGAKAN BAHUMU!”

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari.
Begitu ayah muncul dari jalan,
Ayah segera mengamatimu dengan cermat,
memandangmu hingga lutut,
memandangmu yang sedang bermain kelereng.
Ada lubang-lubang pada kaus kakimu.
Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu,
lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah.
“KAUS KAKI MAHAL – DAN KALAU KAU YANG HARUS MEMBELINYA,
KAU AKAN LEBIH BERHATI-HATI!”
Bayangkan itu Nak, itu keluar dari pikiran seorang Ayah.

Apakah kau ingat, nantinya,
ketika ayah sedang membaca di ruang perpustakaan,
bagaimana kau datang dengan perasaan takut,
dengan rasa terluka dalam matamu?
Ketika ayah terus memandang koran,
tidak sabar dengan gangguanmu,
kau jadi ragu-ragu di depan pintu.
“KAU MAU APA?” semprot Ayah.
Kau tidak berkata sepatah pun,
Melainkan berlari melintas dan melompat ke arah Ayah,
kau melemparkan tanganmu melingkari leher dan menciumi Ayah,
tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat,
kehangatan yang telah Tuhan tetapkan untuk mekar dihatimu
dan yang bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya.
Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.

Nah Nak…sesaat setelah itu koran jatuh dari tangan Ayah,
dan satu rasa takut menyakitkan menerpa Ayah.
Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan?
Kebiasaan dalam menemukan kesalahan dan mencerca.
Ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki.
Bukan berarti ayah tidak mencintaimu.
Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlau banyak dari masa muda.
Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu.
Hati mungil milikmu sama benarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas.
Semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk
dan mencium Ayah sambil mengucapkan selamat tidur.
Tidak ada masalah lagi malam ini Nak.
Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan,
dan Ayah sedang berlutut disana, dengan rasa malu.

Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah,
Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini
kalau Ayah sampaikan saat kau terjaga.
Tapi esok hari Ayah akan menjadi Ayah Sejati.
Ayah akan bersahabat karib denganmu,
dan ikut menderita bila kau menderita,
dan ikut tertawa bila kau tertawa,
Ayah akan menggigit lidah Ayah,
kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah.
Ayah akan terus mengucapkan kata-kata ini seolah sebuah ritual,
“Dia cuma seorang anak kecil – anak lelaki kecil!”

Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki.
Namun, saat Ayah memandangmu sekarang Nak,
meringkuk terbaring dan letih dalam tempat tidurmu,
Ayah lihat kau masih seorang bayi.
Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu.
Kepalamu berada di bahu ibumu.
Ayah sudah meminta terlalu banyak.
Sungguh terlalu banyak.
———————————————————-

AYAH JANGAN LUPA
Salah satu dari tulisan-tulisan kecil
yang ditulis cepat dengan perasaan tulus,
menggugah hati begitu banyak pembaca
sehingga menjadi satu tulisan cetak ulang
yang abadi dan disukai.

AYAH  JANGAN LUPA
Sejak munculnya pertama kali,
telah diproduksi kembali
dalam ratusan majalah dan koran-koran seluruh negeri,
telah dicetak ulang hampir dalam semua bahasa yang ada. AYAH  JANGAN LUPA

Ditulis oleh : W. Livingstone Larned
by dhani jore

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons